16 Hari Anti Kekerasan Pada Perempuan

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 Days of Activism Against Gender Violence) merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.

PC Seukuran USB Flashdisk

Seorang developer game dari Inggris bernama David Braden berhasil menciptakan PC berukuran flashdisk. Bentuknya pun hampir mirip dengan flashdisk, dengan dua port USB di bagian ujungnya.

Five Cut Sunflowers,Oil on Canvas,1981

In the 1950s, Affandi began to create expressionistic paintings. Carrying the First Grandchild (1953) was the piece that marked his newfound style: “squeezing the tube.”

Hentikan Komersialisasi Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Membuat Blog di Blogspot

Blog adalah singkatan dari web log,bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urutan terbalik (isi terbaru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian.

Alternatif Cegah Global Warming

Rabu, 25/11/2009 | 10:04 WIB
YOGYAKARTA, Kompas.com- Di banyak negara maju, topik pembahasan pemanasan global, sudah bergeser ke arah yang lebih berdasarkan fakta, dimana peternakan dan industri daging merupakan salah satu penyebab terbesarnya. Namun di Indonesia, seruan pengurangan laju pemanasan global, agaknya baru dipahami sebatas hemat listrik, hemat air, hemat BBM, dan menggencarkan bersepeda.

Ketua pelaksana tim nasional penghematan energi dan air Eddie Widiono, dalam jumpa pers di sela penggalangan relawan untuk hemat energi dan air di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, mengakui bahwa di luar negri, kampanye pencegahan pemanasan global memang banyak mengarah ke imbauan mengurangi konsumsi daging.

"Industri peternakan dan konsumsi daging masyarakat Indonesia masih di bawah negara lain. Jadi saya rasa, peternakan dan industri daging di Indonesia bukan porsi terbesar penyumbang pemanasan global," kata Eddie. Dipaparkannya, konsumsi listrik, BBM, dan air berlebih lah yang akan disuarakannya.

Namun, secara terpisah, seperti pernah disampaikan oleh Prasasto Satwiko (guru besar Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang juga koordinator Pusat Studi Energi UAJY), Agustinus Madyana Putra (pemerhati lingkungan dan dosen arsitektur UAJY), juga Chindy Tanjung (Koordinator Indonesia Vegetarian Society DIY-Jateng), Indonesia harus mulai berpikir bahwa kerusakan lingkungan dunia adalah tanggungjawab kolektif.

"Coba kita lihat kenyataan. Sekarang promosi santapan berbasis daging amat kencang. Kini, banyak orang kena kolesterol dan darah tinggi, industri daging fastfood tumbuh pesat, plus obesitas (kegemukan), dan anak anak yang lebih suka nugget ketimbang sayur. Apakah kita masih bisa bilang bahwa konsumsi daging di Indonesia rendah. Apakah ada jaminan peternakan di Indonesia lebih bagus pengelolaannya ketimbang peternakan di luar negeri?" ujar Agustinus.

World Watch Institute, dalam Watch Magazine edisi November/Desember 2009 menyebut industri peternakan dunia menyumbang sedikitnya 51 persen gas rumah kaca penyebab pemanasan global. World Watch Institute adalah organisasi riset independen di AS yang berdiri sejak 1974. Organisasi ini dikenal kritis terhadap isu lingkungan dan hanya bersuara berdasarkan fakta. Laporan dari World Watch Insitute banyak digunakan lembaga bergengsi seperti Greenpeace.

Dalam menghitung angka 51persen tadi, pijakannya adalah data dari FAO yang diolah dengan memasukkan faktor lain seperti emisi gas metana yang dihasilkan dari sendawa sapi, dan kotoran sapi. Gas metana adalah salah satu gas penyebab pemanasan global. Menurut NASA-divisi penerbangan luar angkasa-kekuatan metana 100 kali lipat ketimbang CO2.

Sekitar 16.000 liter air bersih dan sekitar 8 kg biji-bijian harus dihabiskan hanya untuk menghasilkan 1 kg daging. Keseluruhan aktivitas peternakan dan pemrosesan daging, kata Prasasto, amat boros energi. Mulai dari transportasi untuk ternak, listrik untuk menghangatkan peternakan, pendingin, dan alat-alat. Sampai di rumah, daging masuk kulkas. Saat dimasak pun, daging sulit empuk yang artinya boros elpiji/minyak tanah.

"Sehingga aneh, mengapa di Indonesia, seruan pemanasan global dan hemat energi, tak mengangkat tentang dampak peternakan dan konsumsi daging dan produk hewani," papar Chindy yang juga dokter gigi ini. (Lukas Adi Prasetya)

referensi lain :
Wikipedia
Global Warming.org

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More